Gol Hantu Piala Dunia

RASA Ledakan dalam emosi yang berbeda-beda. Ini adalah ungkapan yang tepat untuk menggambarkan jalannya pertandingan sepak bola akbar dalam Piala Dunia 2010 yang berlangsung di Afrika Selatan. Kesebelasan demi kesebelasan tersisih dalam babak 16 besar, ”pulang kampung” istilah para pencandu bola.Termasuk yang ”pulang kampung” adalah kesebelasan ”Tiga Singa” Inggris yang harus menelan kekalahan dan menerima kutukan sepanjang dekade berlangsungnya Piala Dunia. Inggris kembali dikutuk untuk menerima kekalahan dari Jerman yang terus didemonisasi oleh media massa Inggris setiap kali kedua tim bertemu.

Dalam sejarah, Inggris dan Jerman selalu menjadi musuh dalam dua hal, perang dan bertanding sepak bola. Dan gelora kebencian kedua kesebelasan ini pun dirasakan di seluruh dunia berkat kemajuan teknologi komunikasi informasi, baik melalui Facebook, Twitter, internet, jaringan teve, maupun ragam teknologi lainnya.

Daily Express yang diakses di internet menulis, ”... pujangga nasional kita (Shakespeare) menulis 38 drama dan 154 soneta. Di Jerman yang ’dianggap’ setara dengan dia (Shakespeare) menulis Faust (keberuntungan) sebuah drama dua bagian yang suram tentang seorang manusia menjual jiwanya ke setan, dan menulis sebuah novel berjudul Die Leiden des jungen Werthers (Kesedihan Werther Muda) yang ditiru orang muda bunuh diri romantisme....”

Begitu cara orang Inggris mengejek Jerman mengacu pada penyair dan pujangga Jerman, Johann Wolfgang van Goethe. Dalam Piala Dunia 2010 tercipta ”gol hantu” yang tidak diakui setelah pemain Inggris, Frank Lampard, menendang bola ke gawang Jerman dan tidak diakui wasit. Kegusaran pun semakin menjadi.

Musuh bebuyutan

Drama pada menit ke-38 itu berupa tendangan keras Frank Lampard menjadi kontroversi yang akan dibahas, diulas, dan dikesali sepanjang abad. Komentator sepak bola di teve BBC Inggris yang memberikan ulasan jalannya pertandingan terus saja nyerocos, ”... England World Cup’s team is dying in Bluefountain.... Surely that was in.... It was far in.... Everybody in the stadium knew it was in....” (Tim Inggris terkapar di Bloemfontein. Betul-betul bola sudah masuk. Yakin sudah masuk. Setiap orang di stadion tahu itu gol).

Tendangan Lampard dari jarak sekitar 23 meter meluncur keras ke arah tengah gawang Jerman yang dijaga kiper Manuel Neuer. Bola melesat dengan cepat langsung ke arah Neuer yang berada sekitar 1,5 meter di depan gawangnya, bola naik tinggi dan tidak bisa ditahan Neuer.

Bola keras tendangan Lampard langsung menusuk ke tengah mistar gawang Jerman, dan ketika terpental jatuh di belakang garis gawang dan Neuer yang loncat tinggi mencoba menahan bola juga terjatuh dengan punggungnya.

Setelah memental dari mistar, bola jatuh sekitar 1 meter di belakang garis gawang, memantul ke luar di atas Neuer yang langsung mengambil bola dan menendang jauh seolah-olah tidak ada gol.

Dan ”gol hantu” pun terulang dalam ”pertempuran bola” kedua musuh bebuyutan ini. Wasit Jorge Larrionda asal Uruguay, dari posisinya, tidak bisa melihat bola tendangan Lampard masuk melewati garis gawang, termasuk penjaga garis Mauricio Espinosa. Ditambah gaya Neuer seolah tidak terjadi gol, lengkap sudah malu dan penderitaan Inggris.

Detik-detik ”gol hantu” dari kaki Lampard ini secara jelas terekam dalam video tayangan teve di seluruh dunia dan menjadi pergunjingan yang tidak ada habis-habisnya. Karena, ”gol hantu” Lampard seharusnya mengubah kedudukan 2-2 dan seharusnya mengubah pertempuran bola kedua kesebelasan tersebut.

”Gol hantu” Inggris-Jerman bukan pertama kalinya terjadi. Gol yang sama terjadi tahun 1966, pemain Inggris, Geoff Hurst, langsung menendang ke arah gawang Jerman dan bola mengenai mistar. Pertandingan yang berlangsung di Wembley, London, menjadi kontroversi memenangkan Inggris 4-2 atas Jerman, tidak pernah terbukti apakah bola melewati garis gawang.

”Gol hantu” yang menyulut pergunjingan paling lama adalah ketika Inggris berhadapan dengan Argentina tahun 1986 di Meksiko. Diego Maradona pada menit ke-51 dinyatakan ”mencetak gol” melalui apa yang disebut ”tangan Tuhan” ketika ia menggunakan tangannya meloncat tinggi menepis bola ke arah gawang Inggris yang dijaga Peter Shilton.

Penggunaan teknologi

Seperti pada Piala Dunia sebelumnya, persoalan teknologi garis gawang kembali dipersoalkan dan dituntut untuk digunakan dalam pertandingan. Melalui layar teve yang sekarang menjadi semakin lebar di rumah-rumah, disertai kemajuan teknologi definisi tinggi, pertandingan Piala Dunia 2010 sebenarnya bukan lagi antarkesebelasan, melainkan antarpenonton di rumah dan antarpendukung di bangku stadion.

Penyelenggara Piala Dunia 2010 FIFA pun masih tetap tidak ingin sepak bola dirasuki kemajuan teknologi, seperti halnya pada pelatih kesebelasan melarang para pemainnya menggunakan Twitter untuk berkomunikasi dengan penggemar mereka. Banyak teknologi yang bisa digunakan dalam pertandingan sepak bola.

Pilihan yang tersedia, selain tayangan ulang hasil rekaman video definisi tinggi, yang juga ditayangkan kepada penonton di stadion, bisa juga menggunakan teknologi disebut Hawk-Eye yang digunakan dalam pertandingan kriket dan tenis. Teknologi yang menggunakan kamera sangat kecil ini bisa dipasang di gawang dan menghasilkan rekaman video definisi tinggi (HD), gerak lambat, dan kemungkinan juga dalam tiga dimensi (3D).

Dalam Piala Dunia sebelumnya, FIFA sudah diusulkan menggunakan bola yang ditanam cip mikro buatan Adidas yang disebut Jabulani. Bola dengan cip mikro di dalamnya secara cerdas mampu mengikuti bola yang ditendang- tendang ke sana kemari oleh para pemain, dan mengikuti lokasi dan posisi bola di dalam lapangan.

Persoalannya, pertandingan akbar sepak bola Piala Dunia 2010 tidak melulu pada goal-line technology. Tetapi, pada dinamika sepak bola yang tidak hanya melibatkan emosi 22 pemain yang mengejar bola, tiga wasit yang mengawasi, dan ratusan penonton di seluruh dunia.

Sepak bola adalah seni, kata para pengamat dan pencandunya. Kalau Neuer jujur menyatakan bola melintas garis gawang, persoalannya bukan teknologi. Kalau wasit berada di posisi yang tepat melihat bola masuk gawang, persoalannya juga bukan teknologi. Persoalannya adalah hantu, manusia, dan sepak bola. (RLP)

SHARE THIS

Author:

Previous Post
Next Post